Target pemerintah membebaskan seluruh wilayah Indonesia dari penyakit malaria pada tahun 2030 bisa jadi dapat dipercepat jika Malaria Observation System and Endemic Surveillance (MOSES) yang dikembangkan tim Bigbang dari Himpunan Mahasiswa Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung (ITB) diimplementasikan.
MOSES merupakan sistem diagnosa jarak jauh penyakit malaria yang dapat dimanfaatkan untuk mempercepat diagnosa pasien di daerah terpencil yang tidak memiliki SDM dan perangkat kesehatan memadai agar pasien bisa segara mendapat pengobatan. Melalui sistem ini, dalam hitungan jam, dokter yang berada di ibukota kecamatan atau kabupaten terdekat dapat menerima data citra darah pasien, suhu tubuh pasien di daerah terpencil dan dapat pula segera mengirim resep kepada pasien.
Kesegeraan penanganan, yakni kurang dari 48 jam merupakan prinsip dalam pengobatan malaria untuk mencegah komplikasi yang lebih berat. Padahal, survei lapangan yang dilakukan Tim Bigbang menunjukkan, pelaporan hasil diagnosa juru malaria di Pamempeuk baru diterima 4 hari kemudian oleh petugas kesehatan di Ciamis. Kecepatan penanganan malaria hingga kini memang masih menjadi salah satu masalah utama pengobatan malaria di Indonesia.
“MOSES mengatasi permasalahan utama itu. Teknologi yang kami kembangkan mempercepat pengiriman data,” kata David Samuel dari Tim Bigbang.
Tim BigBang yang terdiri dari David Samuel, Dody Dharma, Dominikus Damas Putranto dan Inas Luthfi mengembangkan perangkat keras berupa mikroskop yang dihubungkan dengan alat telekomunikasi berupa telepon seluler untuk memeriksa sampel darah pasien. Sementara perangkat lunak yang dikembangkan berupa program untuk dapat mengirim dan menerima citra sampel darah dan data lain. Melalui jaringan internet, citra sampel darah pasien dan data-data lain yang dibutuhkan untuk diagnosa dikirim melalui jaringan internet dan segera diterima oleh dokter di ibukota kecamatan atau Puskesmas terdekat.
Atas hasil penelitiannya ini Tim Bigbang memenangi Tanoto Student Research Award (TSRA) 2009. Sebelumnya, tim ini juga memperoleh Windows Mobile Award di Mesir dan Asia Pacific ICT Award 2009.
Penelitian ini dimulai sejak Januari 2009 dan kini masuk prototip ketiga. David mengatakan, hingga kini tim masih terus menyempurnaaan MOSES, terutama dari segi keakuratan dan memperkecil besaran data agar tak terlalu membebani server.
Menurut Kepala Biro Kemahasiswaan ITB Drs. Djadji S. Satira, M.Si, proses paten inovasi Tim Bigbang tengah berjalan. Untuk keperluan paten, tim Bigbang bekerja sama dengan LAPI ITB dan melibatkan disiplin ilmu yang lebih luas. MOSES sudah diuji skala laboratorium di daerah Kalipuncung, Pangandaran, Jawa Barat dan Papua.
Djadji mengatakan, ITB kini tengah dalam proses MoU dengan Pemprov Jawa Barat untuk implementasi MOSES. Menurutnya, implementasi sistem diagnosa jarak jauh ini perlu dukungan politik pemerintah karena MOSES merupakan suatu inovasi sistem, bukan hanya alat.
Label: Indonesia Teknologi, ITB, Ristek
Responses
0 Respones to "ITB Kembangkan Sistem Diagnosa Jarak Jauh Penyakit Malaria"
Posting Komentar