Dikatakan Wahyu, penyakit jamur akar putih (Rigidoporus microporus) menurunkan produktivitas karet hingga 5-10 persen, dengan menyerang akar tanaman dan kemudian merobohkan batang karet secara bertahap.
Penyakit ini salah satu penyebab Indonesia yang memiliki lahan karet sampai tiga juta hektare namun produktivitasnya hanya dua juta ton per tahun, sementara Thailand hanya memiliki lahan karet dua juta ha namun menjadi penghasil karet terbesar dunia dengan produktivitas tiga juta ton, katanya.
"Selain itu, rendahnya mutu karet Indonesia juga disebabkan belum adanya sentuhan teknologi dalam hal pembibitan serta masih mengandalkan panen dari karet hutan yang ditanam tanpa budidaya," katanya.
Kalaupun ada, ujarnya, hanya menggunakan teknik okulasi yang menggabungkan dua tanaman, yang akarnya kuat dan yang dahannya menghasilkan getah karet yang bagus dan banyak. "Sayangnya teknik ini tidak berkembang. Karena itu kami mulai mengembangkan teknik biologi molekuler dan rekayasa genetik agar pencarian bibit unggul akan lebih mudah dan sesuai yang diinginkan," katanya.
Sementara itu, pimpinan Bridgestone Corporation, Yoichi Takenami, mengatakan, Indonesia harus mengembangkan tanaman karet karena selain hanya bisa tumbuh di tropis, karet sangat penting bagi dunia.
Kepala BPPT Dr Marzan A Iskandar mengatakan, selain mengembangkan kerja sama rekayasa genetika tanaman karet, BPPT dan AIST juga bekerja sama di bidang energi bahan bakar nabati (biofuel) dan biomassa dari limbah sawit.
Kerja sama antara BPPT dan AIST juga mencakup bidang lingkungan, survei geologi, nanoteknologi, material, manufaktur dan teknologi informatika.
• Republika Label: BPPT, Teknologi Informasi
Responses
0 Respones to "BPPT-Bridgestone Kembangkan Rekayasa Genetika untuk Tanaman Karet"
Posting Komentar