ilustrasi (flickr/cc/rob boudon)
Jakarta - Raksasa-raksasa teknologi informasi banyak yang sedang menghadapi dilema. Antara berani bergerak cepat agar tak ketinggalan atau berhati-hati karena takut salah langkah.
Inovasi adalah kunci, terutama bagi perusahaan yang memang bergerak di bidang yang berubah sangat cepat seperti dunia digital dan teknologi informasi.
Dilema soal inovasi terutama akan dirasakan perusahaan saat bisnisnya sedang terancam (atau dirasa sedang terancam). Dua kutub yang bisa dipilih perusahaan saat menghadapi situasi ini adalah: berinovasi atau bermain aman.
Berani Bergerak Cepat
Salah satu contoh menarik adalah Netflix, perusahaan sewa DVD yang menggunakan sistem antar (via pos) dan antrean online. Saat lahir Netflix merupakan contoh perusahaan yang 'merusak' pasar yang sudah ada dan melahirkan pasar baru.
Sukses di bisnis sewa DVD, Netflix juga menyediakan layanan video streaming. Pada September 2011, layanan sewa DVD Netflix dilepas ke layanan terpisah bernama Qwikster, sedangkan Netflix akan fokus pada streaming.
Reed Hastings, Co-Founder dan CEO Netflix, mencoba menjelaskan alasan di balik pemisahan itu. "Selama lima tahun terakhir, ketakutan besar saya di Netflix adalah bahwa kami tak berhasil beralih dari sukses di DVD ke sukses di streaming," tulisnya dalam blog resmi Netflix.
"Banyak perusahaan yang hebat dalam satu hal tertentu -- seperti AOL lewat dial-up atau toko buku Borders -- tak berhasil menjadi hebat dalam hal baru yang diinginkan orang karena mereka takut melukai bisnis aslinya," lanjut Hastings.
Seperti diketahui, bisnis AOL sebagai Internet Service Provider sudah 'semaput' dan kini perusahaan itu beralih ke konten. Sedangkan toko buku Borders telah bangkrut.
Langkah Netflix untuk fokus ke streaming ini bukan tanpa masalah. Pelanggan Netflix sempat ngamuk ketika skema baru sewa DVD dan streaming (yang tadinya digabung, kemudian jadi terpisah) diumumkan.
Hastings pun mengakui bahwa dalam hal pemisahan itu, pihaknya melakukan kesalahan karena tidak mengkomunikasikan alasan di baliknya pada para pelanggan setia.
Meski demikian, nampaknya Hastings tetap yakin perusahaannya ada di jalur yang benar. Ia meminta maaf pada pelanggan Netflix, namun tidak mengubah rencananya.
Jangan Setengah Hati
Apa yang coba dilakukan Hastings sedikit banyak bisa dilihat pada contoh sukses lain. Siapa lagi kalau bukan Apple, yang sukses berganti fokus dari Macintosh ke iOS (iPhone, iPad dan iPod) dengan cepat.
Tanpa meninggalkan jajaran produk lamanya, Apple mampu melahirkan jagoan baru yang tidak setengah-setengah. Kuncinya, tentu saja, adalah bahwa produk itu dihadirkan dengan sepenuh hati.
Tak sedikit perusahaan yang nampaknya berusaha melahirkan produk atau inovasi baru, namun justru gagal total karena produk baru itu nampak lahir ogah-ogahan.
Bisa jadi, masalah ini yang kemudian mendorong Hewlett-Packard untuk menghentikan jajaran produk berbasis webOS mereka yang termasuk tablet TouchPad.
Soal inovasi dan fokus ini juga yang agaknya mendesak HP untuk menimang-nimang nasib unit Personal System Group mereka -- yang mencakup PC desktop dan notebook. Akankah unit itu dijual, seperti yang dilakukan IBM ke Lenovo?
Research In Motion pun telah (dan masih) bertaruh soal inovasi. Salah satunya lewat BlackBerry PlayBook, hal lainnya adalah perangkat BlackBerry dengan sistem operasi baru berbasis QNX.
Perusahaan lain yang juga di persimpangan adalah Microsoft, Nokia dan bahkan Intel. Microsoft harus mampu menghadirkan sistem operasi yang ciamik untuk perangkat tablet, Nokia harus bisa menahan pasar yang tergerus, sedangkan Intel belum terbukti di arena mobile.
Semoga saja, apapun yang terjadi nanti, yang diuntungkan adalah konsumen yang jadi punya banyak pilihan produk dan/atau layanan untuk digunakan.
"Jarang perusahaan mati karena bergerak terlalu cepat, dan lebih sering perusahaan mati karena bergerak terlalu lambat," tutur Hastings.
Catatan: Entry blog Reed Hastings selengkapnya bisa dilihat dengan mengklik tautan berikut http://de.tk/VgFZg
( wsh / wsh )
• detikInet Label: Ilmu Pengetahuan, Inovasi
Responses
0 Respones to "Mencegah Mati dengan Inovasi"
Posting Komentar