Jakarta - Penyebaran internet broadband belum merata di Indonesia. Hal itu disadari Telkom. Itu sebabnya, sebagai BUMN telekomunikasi, operator incumbent itu tak mau lagi terjebak perang tarif dan lebih memilih konsep yang edukatif.
Menurut Eddy Kurnia, Head of Corporate Communication & Affair Telkom, kunci keberhasilan internet broadband Speedy di masa depan tak bisa dilepaskan dari strategi pemasaran berbasis manajemen pendidikan pelanggan.
Konsep ini diyakini tidak hanya mengubah paradigma menjual produk, tetapi memberikan manfaat terhadap akselerasi pendidikan dan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
"Produk seperti Speedy sebenarnya memiliki banyak fungsi selain sebagai akses internet, tidak bisa hanya bermain tarif karena masa perang tarif telah lewat," kata Eddy di Jakarta, Selasa (31/1/2012).
Ia menjelaskan, dengan perubahan pola paradigma pemasaran itu pelanggan itu perlu dipintarkan. Intinya, ke depan produsen perlu memberikan perhatian kepada pelanggan agar rasa memiliki terhadap produk muncul dari mereka.
"Dalam kasus Speedy, perlu sekali memperhatikan kepentingan pelanggan agar mereka merasa dipintarkan dalam pengertian luas, artinya bukan hanya memberikan pemahaman product knowledge tetapi juga benefitnya dengan adanya internet berkecepatan tinggi itu," paparnya lebih lanjut.
Meski pertumbuhan akses broadband di Indonesia cukup menjanjikan, namun yang menjadi persoalan di Indonesia adalah terjadinya kesenjangan digital (digital divide).
Digital divide adalah kesenjangan antara komunitas yang efektif mengakses informasi melalui teknologi digital dan yang tidak dapat mengakses informasi secara digital.
Nah, menurut Eddy, wujud nyata dari program pemasaran Speedy berbasis pendidikan pelanggan adalah dengan diarahkan untuk mengatasi kesenjangan digital tersebut dengan membentuk komunitas pendidikan melalui berbagai kegiatan kepedulian sosial yang dilakukan oleh perusahaan.
"Antara lain program kesenjangan digital antara guru dan murid melalui pelatihan guru, pelatihan santri dan pelatihan usaha kecil dan menengah," kata Eddy yang belum lama ini menyabet gelar doktoral bidang keilmuan Administrasi Pendidikan dari Indonesia (UPI) Bandung.
Kemudian, Speedy sebagai broadband access, yaitu layanan internet berkecepatan tinggi yang memberikan manfaat kepada masyarakat, agar mendapatkan kemudahan akses mengikuti perkembangan pendidikan secara dalam menambah pengetahuan maupun mengikuti perkembangan pendidikan, baik formal, nonformal maupun informal.
Terakhir, implementasi pemasaran Speedy dalam rangka menjadi market leader di Indonesia dilaksanakan dengan mempercepat pembangunan infrastruktur, membuat paket pemasaran, melakukan promosi dan edukasi kepada masyarakat melalui kegiatan pendidikan informal.
"Baik melalui media massa, pertujukan seni, kegiatan keagamaan, lembaga-lembaga, dunia kerja dan lingkungan lainnya," ucap Eddy.
Jika akselerasi pendidikan semakin merata, Eddy meyakini, masyarakat informasi yang cerdas akan semakin meluas sehingga pengguna akses broadband semakin meningkat dan pada gilirannya akan berpengaruh positif terhadap kinerja bisnis perusahaan.
"Karena masyarakat berbasis informasi yang diwujudkan itu tak bisa dilepaskan dari Speedy," imbuh pria yang berhasil menyabet anugerah Media Humas pada 2011 lalu ini.
Untuk mengimplementasikan konsep itu diakui Eddy tak mudah. Sebab, tantangan dari konsep ini adalah produsen biasanya produsen selalu ingin mendapatkan hasil yang cepat dan melupakan pemahaman itu sebuah proses.
"Bagi pelanggan, pengalaman itu sangat penting karena dalam konteks filosofis, pengalaman adalah pembelajaran dan pembelajaran itulah yang akan menentukan pelanggan menentukan pilihannya," tandas Eddy.( rou / eno )
• detik Label: Telkom
Responses
0 Respones to "Telkom: Masa Perang Tarif Telah Lewat"
Posting Komentar