Menristek Suharna Surapranata menegaskan kerja sama AS-Indonesia menganut prinsip kesetaraan. "Indonesia juga memiliki sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya, sumber daya alam, dan sebagainya. Ini murni kerja sama yang setara," tegas Suharna.
Kolaborasi ini ujar Menristek,"Tidak pada posisi mendukung AS, namun untuk mendukung program iptek nasional." Dari 23 bidang kerjasama, 7 di antaranya selaras dengan program-program prioritas Kementerian Riset dan Teknologi, seperti kesehatan, pangan, teknologi informasi, transportasi, pertahanan, energi, dan lingkungan. "Bidang-bidang yang lain ditetapkan dengan mengakomodir kepentingan riset nasional dari Kementerian Ristek dan badan litbang lainnya di Indonesia dan sektor swasta."
Bidang lain meliputi bioteknologi, kelautan, pendidikan, standardisasi, dan meteorologi, iklim, cuaca, lingkungan, kehutanan, dan keanekaragaman hayati, kedokteran dan riset vaksn, keamanan pangan, riset kelautan, energi, teknologi informasi dan komunikasi, kedirgantaraan, nano teknologi, ilmu material, dan kebencanaan menjadi fokus dari kerjasama tersebut.
Duta Besar AS, Cameron R Hume mengungkapkan, "Harapan dari kerjasama ini adalah menjadikan Indonesia sebagai mitra yang sejajar dalam framework yang lebih luas yaitu mensosialisasikan konsep green technology untuk mengantisipasi perubahan iklim dan pemanasann global."
Hume juga berharap dimasa mendatang, AS dapat mendirikan pusat riset di Indonesia, mengingat banyak peneliti AS yang mengajukan ijin penelitian. Data Sekretariat Perizinan Peneliti Asing Kementerian Ristek tahun 2008 menunjukkan ada 65 peneliti AS yang mengajukan ijin penelitian kepada Kementerian Ristek, dari total 321 ijin yang dikeluarkan untuk peneliti asing. Sedangkan untuk tahun 2009, 79 peneliti AS mengajukan ijin penelitian dari total 408 ijin penelitian asing baru.
Indonesia memanfaatkan peluang ini melalui pengiriman peneliti Indonesia ke AS dan optimalisasi program beasiswa yang ada untuk meningkatkan kapasitas SDM Iptek Indonesia. (ap)