New York -- Indonesia menjadi negara tujuan investasi baru setelah terjadinya pelambanan pertumbuhan ekonomi pada negara-negara BRIC. Singkatan itu mengacu kepada Brazil, Rusia, India, Cina, yang dianggap menjadi tujuan investasi menarik selama beberapa tahun terakhir.
Berbeda dengan BRIC ini, pertumbuhan ekonomi justru terus terjadi di Indonesia dalam jangka pendek dan berpotensi berlanjut hingga jangka panjang. Ini menimbulkan pertanyaan apakah Indonesia bisa masuk menjadi negara kelima dalam kelompok itu menjadi BRIIC.
"Kami melihat pertumbuhan korporat-korporat terus terjadi dan meningkatkan pendapatan masyarakat Indonesia," kata Bharat Joshi, asisten manajer bidang investasi di Indonesia dari Aberdeen. Aberdeen saat ini menanamkan dana sekitar $ 500 (sekitar Rp 4,8 triliun).
Perekonomian Indonesia sempat mengalami masalah saat terjadi krisis Asia pada akhir 90an. Indeks bursa saham di Jakarta mengikuti pertumbuhan indeks S&P 500 20 persen, yaitu sekitar 19 persen.
Pertumbuhan kelas menengah di Indonesia terlindungi dari dampak krisis, sepeti yang dialami kelas menengah di sejumlah negara-negara dengan pertumbuhan cepat. Ini karena pertumbuhan ekonominya tidak hanya tergantung pada kegiatan ekspor, melainkan dari konsumsi intenal, yang memantik lingkaran konsumsi di berbagai kota.
Pemerintah juga berhasil menjinakkan inflasi meskipun terjadi pertumbuhan ekonomi sekitar 6 persen selama beberapa tahun terakhir.
McKinsey & Co. memprediksikan Indonesia akan menjadi negara ke 7 terbesar di dunia dan mendapat tambahan 90 juta kelas menengah baru pada 2030. Saat ini jumlah kelas menengah sekitar 45 juta dan menempati peringkat ke-16.
Kebanyakan perusahaan tercatat di bursa di Jakarta merupakan perusahaan komoditi, seperti pertambangan batu bara, dan minyak sawit. Ini bisa berdampak negatif jika terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia.
Perusahaan seperti Astra dan Unilever termasuk menikmati pertumbuhan domestik ini. Portofolio Aberdeen dalam investasi di Indonesia juga meningkat 20 persen. Misalnya, Holcim, yang nilai sahamnya naik 20 persen.
Meski berprospek cerah, ada beberapa masalah yang harus diselesaikan untuk menjamin pertumbuhan yang berlanjut. Misalnya penerapan good corporate governance. "Kadang reformasi di Indonesia kurang tuntas," kata Dhiren Shah, portofolio manajer di Blackrock. CNN | BUDI RIZA
Berbeda dengan BRIC ini, pertumbuhan ekonomi justru terus terjadi di Indonesia dalam jangka pendek dan berpotensi berlanjut hingga jangka panjang. Ini menimbulkan pertanyaan apakah Indonesia bisa masuk menjadi negara kelima dalam kelompok itu menjadi BRIIC.
"Kami melihat pertumbuhan korporat-korporat terus terjadi dan meningkatkan pendapatan masyarakat Indonesia," kata Bharat Joshi, asisten manajer bidang investasi di Indonesia dari Aberdeen. Aberdeen saat ini menanamkan dana sekitar $ 500 (sekitar Rp 4,8 triliun).
Perekonomian Indonesia sempat mengalami masalah saat terjadi krisis Asia pada akhir 90an. Indeks bursa saham di Jakarta mengikuti pertumbuhan indeks S&P 500 20 persen, yaitu sekitar 19 persen.
Pertumbuhan kelas menengah di Indonesia terlindungi dari dampak krisis, sepeti yang dialami kelas menengah di sejumlah negara-negara dengan pertumbuhan cepat. Ini karena pertumbuhan ekonominya tidak hanya tergantung pada kegiatan ekspor, melainkan dari konsumsi intenal, yang memantik lingkaran konsumsi di berbagai kota.
Pemerintah juga berhasil menjinakkan inflasi meskipun terjadi pertumbuhan ekonomi sekitar 6 persen selama beberapa tahun terakhir.
McKinsey & Co. memprediksikan Indonesia akan menjadi negara ke 7 terbesar di dunia dan mendapat tambahan 90 juta kelas menengah baru pada 2030. Saat ini jumlah kelas menengah sekitar 45 juta dan menempati peringkat ke-16.
Kebanyakan perusahaan tercatat di bursa di Jakarta merupakan perusahaan komoditi, seperti pertambangan batu bara, dan minyak sawit. Ini bisa berdampak negatif jika terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia.
Perusahaan seperti Astra dan Unilever termasuk menikmati pertumbuhan domestik ini. Portofolio Aberdeen dalam investasi di Indonesia juga meningkat 20 persen. Misalnya, Holcim, yang nilai sahamnya naik 20 persen.
Meski berprospek cerah, ada beberapa masalah yang harus diselesaikan untuk menjamin pertumbuhan yang berlanjut. Misalnya penerapan good corporate governance. "Kadang reformasi di Indonesia kurang tuntas," kata Dhiren Shah, portofolio manajer di Blackrock. CNN | BUDI RIZA
© Tempo.Co
Label:
Ekonomi
Responses
0 Respones to "Indonesia Ungguli BRIC"
Posting Komentar